Tampilkan postingan dengan label fenomena langit. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label fenomena langit. Tampilkan semua postingan

Kamis, 23 Oktober 2014

Komet siding spring yang mengkhawatirkan astronot

   Komet Siding Spring melintas Planet Mars dengan jarak sangat dekat. (NASA/JPL-Caltech) Komet Siding Spring atau Comet C/2013 A1 melintasi Mars dengan jarak sangat dekat. Hanya 87.000 mil setara 139.500 kilometer. Jarak ini kurang dari setengah jarak Bumi dan Bulan yakni 238.900 mil atau 384.400 kilometer.

   NASA tak melewatkan fenomena antariksa ini begitu saja, mereka berada di barisan terdepan untuk mempelajari komet ini. Mungkin fenomena ini terjadi sekali seumur hidup.

   Ditemukan oleh pemburu komet asal Australia, Robert McNaught awal tahun ini. Kemudian oleh NASA diselidiki lebih lanjut untuk mengetahui lintasan komet.

   Astronaut pun khawatir debu komet dapat merusak peralatan elektronik dan bahan bakar penunjang kehidupan di luar angkasa.
Sebenarnya NASA mengkhawatirkan tentang risiko komet bertabrakan dengan Mars. Pasalnya fenomena komet Siding Spring melintas di Mars merupakan rekor terdekat yang pernah diamati.

   Komet Siding Spring melintas dengan kecepatan 126.000 mil per jam atau 56 kilometer per detik. Hal ini juga membuat pengendali misi meraasa khawatir dengan keselamatan pesawat saat mengitari Mars.

   Mengingat komet Siding Spring mempunyai ukuran cukup besar dan bergerak sangat cepat, tak dapat diketahui berapa jumlah gas dan sebu yang dihasilkan.

   Ketika partikel seukuran butiran pasir berkecepatan tinggi banyak risiko. Seperti yang dikhawatirkan NASA bahwa butiran debu mampu menabrak pesawat luar angkasa mereka. Astronaut pun khawatir debu komet dapat merusak peralatan elektronik dan bahan bakar penunjang kehidupan di luar angkasa.

   Para astronaut yang menjalankan misi di luar angkasa terpaksa melakukan perlindungan untuk mengantisipasi benturan dengan material yang dihasilkan komet Siding Sping.

   Astronom percaya lamanya periode komet karena harus melintas hingga Pluto. Menurut mereka, komet akan menghabiskan waktu setidaknya satu juta tahun cahaya untuk kembali ke tempat semula. Sehingga kehadirannya di dekat Mars pada 19 Oktober 2014 silam menjadi sangat langka.

   Bahkan, astronomon menganalisis bahwa komet Siding Spring merupakan sisa pembentukan awal tata surya. Melalui komet ini, dapat memberi gambaran tentang kelahiran planet di tata surya, termasuk Bumi.

*sumber : nationalgeographic.co.id

Selasa, 07 Oktober 2014

Waktunya Saksikan Gerhana Bulan Total 8 Oktober 2014

  Purnama yang muncul Rabu (8/10) besok bukanlah purnama seperti biasanya. Purnama ini langka. Bulan diperkirakan akan berwarna lebih gelap dibandingkan purnama-purnama lainnya.

   Kondisi itu terjadi karena saat bulan purnama terbit di ufuk timur di seluruh Indonesia sudah mengalami gerhana.

   Untuk mengamati gerhana bulan total (GBT) yang terjadi saat terjadi saat Bulan terbit besok, dibutuhkan daerah yang memiliki arah pandang langsung ke horizon timur tanpa terhalang.

   Untuk pengamatan di pusat Kota Jakarta, misalnya, salah satu tempat pengamatan yang potensial adalah atas gedung-gedung tinggi.

   Momen Gerhana Bulan Total dapat disaksikan hampir di seluruh wilayah Indonesia, kecuali di Banda Aceh. Hampir di seluruh wilayah Indonesia Bulan terbit sebelum momen GBT 8 Oktober 2014 berakhir, kecuali di Aceh, bulan terbit di Aceh setelah GBT berakhir, namun masih bisa menyaksikan momen akhir gerhana sebagian.

Prakiraan kronologi GBT 8 Oktober sebagai berikut.

Waktu Terbit Bulan

Kota Jayapura, Papua         17.20 WIT
Kota Ambon, Maluku            18.13 WIT
Kota Makassar, Sulsel          17.50 WITA
Kota Denpasar, Bali              18.09 WITA
Kota Balikpapan, Kaltim        17.59 WITA
Kota Surabaya, Jatim            17.19 WIB
Kota Jakarta, DKI Jakarta      17.43 WIB
Kota Medan, Sumut               18.12 WIB
Kota Banda Aceh, Aceh         18.25 WIB

Tahap-Tahap Gerhana :

BULAN MASUK PENUMBRA :
Bulan memasuki penumbra Bumi dengan fase gerhana bulan penumbra mulai, pada 15.14 WIB. Warna Bulan masih terlihat kuning cerah, perubahan warna sukar teramati.

GERHANA SEBAGIAN MULA :
Bulan memasuki umbra Bumi dengan fase gerhana bulan sebagian mulai, pada 16.15 WIB. Sebagian piringan Bulan mulai tampak gelap.

GERHANA TOTAL MULAI :
Seluruh Bulan memasuki umbra Bumi dengan fase gerhana bulan total mulai, pada 17.25 WIB. Seluruh piringan Bulan berwarna gelap.

GERHANA :
Bulan tepat di tengah umbra Bumi (fase puncak gerhana), pada 17.55 WIB. Perubahan warna Bulan paling mencolok, Bulan akan menjadi oranye hingga merah gelap (merah bata).

AKHIR GERHANA TOTAL :
Bulan mulai keluar umbra Bumi dengan fase gerhana bulan total berakhir, pada 18.24 WIB. Bulan mulai berubah warna lebih terang lagi.

GERHANA SEBAGIAN AKHIR :
Seluruh Bulan keluar umbra Bumi dengan fase gerhana bulan sebagian selesai, pada 19.34 WIB. Perubahan warna Bulan sulit diamati.

BULAN TINGGALKAN PENUMBRA :
Seluruh Bulan keluar penumbra Bumi dengan fase gerhana bulan penumbra selesai, pada 20.34 WIB. Warna Bulan kembali kuning cerah.

*sumber : http://nationalgeographic.co.id/berita/2014/10/waktunya-saksikan-gerhana-bulan-total-8-oktober-2014

Apa yang Spesial dari Gerhana Bulan Besok Malam ?

   Pengamatan Gerhana Bulan Total (GBT) pada Rabu, 8 Oktober 201 4 ini menjadi spesial. Sebab, GBT besok merupakan GBT kedua dari empat GBT berturut-turut yang
disebut gerhana tetrad. Gerhana pertama berlangsung 15 April 2014. GBT ketiga dan
keempat masing-masing terjadi pada 4 April dan 28 September 2015 mendatang.

   Gerhana tetrad adalah sebuah peristiwa yang cukup langka. Selama milenium ketiga (2001-3000) dihitung akan terjadi 32 seri GBT tetrad. GBT tetrad yang pertama berlangsung 11 tahun silam.
  
   Selain itu, warna merah Bulan ketika gerhana ditentukan berbagai faktor, di antaranya kondisi atmosfer Bumi. Semakin kotor atmosfer akibat banyaknya debu, semakin merah gelap warna Bulan yang terlihat. Letusan gunung beberapa waktu lalu, seperti Gunung Ontake di Jepang atau Gunung SInabung di Sumatra Utara, diperkirakan juga akan membuat lebih banyak debu di angkasa. Belum lagi polusi udara di kota besar.

   Faktor warna Bulan saat GBT, kekotoran atmosfer Bumi, dan posisi gerhana saat di horizon diperkirakan membuat warna Bulan saat GBT besok adalah merah gelap.

"Bonus" Uranus

   Astronom amatir Ma'rufin Sudibyo lewat percakapan dengan Kompas.com , Selasa (7/10/2014), mengatakan, Uranus bakal
tampak dengan magnitudo +5. Planet itu akan terlihat di sebelah kanan Bulan.
Uranus hanya akan tampak dengan mata telanjang dari Indonesia Timur dan Tengah karena terbatasnya waktu
totalitas gerhana. Uranus adalah planet yang letaknya jauh dari Bumi. Dua faktor yang menentukan penampakan planet ini dengan mata telanjang adalah jaraknya dari Bumi dan tingkat kegelapan langit malam.

   Sementara itu, faktor jarak Uranus dengan Bumi sudah terpenuhi. Sebab, pada Rabu (8/10) pukul 03.00 WIB dini hari, planet itu berada dalam jarak terdekat dengan Bumi, tepat di seberang Matahari dari sudut pandang pengamat di Bumi. Warga Indonesia Barat, walaupun tak bisa mengamati gerhana secara keseluruhan dan Uranus dengan mata telanjang, tetap punya keberuntungan.

   Fase totalitas gerhana akan terjadi bersamaan dengan saat senja. Dengan demikian, pada saat senja, warga Indonesia
Barat bisa melihat Matahari yang hampir tenggelam di barat dan Bulan yang terbit dengan warna merah darah di timur.

   Fenomena itu secara populer dikenal dengan selenelion , yaitu ketika dua benda langit terpisah 180 derajat dari sudut pandang manusia di Bumi. Saat selenelion , manusia akan melihat satu benda langit
terbit dan benda langit lain di seberangnya tenggelam, atau sebaliknya. Kali ini, selenelion yang bakal dilihat adalah
Bulan dan Matahari. Warga Indonesia Barat bakal melihat Bulan terbit di timur dan Matahari tenggelam di barat. Sebaliknya, warga Amerika bakal melihat gerhana Bulan tenggelam di barat dan Matahari terbit di timur.

   Gerhana besok, di mana pun Anda berada, menawarkan fenomena-fenomena "bonus" yang unik. Jangan lewatkan. Jangan pula menganggapnya terlalu biasa untuk disaksikan.

*sumber : http://nationalgeographic.co.id/berita/2014/10/apa-yang-spesial-dari-gerhana-bulan-besok-malam

Kamis, 02 Oktober 2014

Lima fenomena langit di bulan oktober

     Sejumlah fenomena langit menarik bakal bisa disaksikan sepanjang bulan Oktober 2014 ini. Beberapa di antaranya adalah fenomena yang sangat jarang terjadi dalam sejarah.

   Menurut informasi dari Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat, situs Sky and Telescope dan wawancara dengan astronom amatir Ma'rufin Sudibyo, berikut fenomena-fenomena langit yang pantas ditunggu pada bulan ini.

1.Gerhana Bulan Total

   Fenomena gerhana Bulan total akan terjadi pada tanggal 8 Oktober 2014. Seluruh wilayah Indoensia bisa menyaksikannya.

   Gerhana Bulan total akan berlangsung sejak pukul 15.14 - 20.25 WIB. Namun, periode totalitas hanya berlangsung selama satu jam, mulai 17.24 - 18.24 WIB.

   Wilayah terbaik untuk menyaksikan seluruh tahapan gerhana Bulan total adalah Indoensia Timur. Wilayah Indonesia Barat hanya bisa menyaksikan saat totalitas gerhana.

2.Uranus Tampak dengan Mata Telanjang

   Uranus bakal mencapai jarak terdekat dengan Bumi dan sepenuhnya disinari Matahari. Planet itu akan tampak dengan mata telanjang pada 7-8 Oktober 2014.

   Uranus yang tampak dengan mata telanjang ini akan jadi pemandangan yang mengagumkan ketika gerhana Bulan total berlangsung pada 8 Oktober 2014.

   Astronom amatir Ma'rudin Sudibyo mengatakan, Uranus yang tampak dengan mata telanjang adalah fenomena yang sangat langka.

3.Hujan Meteor Orionids dan Draconids

   Hujan meteor Orionids akan memuncak pada 8-9 Oktober 2014. Sementara, hujan meteor Draconids bakal optimal pada 21-22 Oktober 2014.

   Hujan meteor Orionids takkan optimal sebab cahaya Bulan mengganggu pengamatan. Sebaliknya, hujan meteor Draconids menjanjikan.

   Hujan meteor Draconids paling baik disaksikan saat dini hari menjelang Subuh. Puluhan meteor akan tampak tiap jamnya.

   Hujan meteor Draconids disebabkan oleh terbakarnya debu komet Halley di atmosfer Bumi. Sementara hujan meteor Orionids disebabkan oleh debu komet 21P Giacobini-Zinner.

4.Badai Meteor di Mars

   Komet Siding Spring akan mencapai titik terdekat dengan Mars pada 20 oktober 2014 nanti. Jaraknya hanya 135.000 km dari inti planet itu.

   Komet akan menyemburkan debu yang kemudian bakal terbakar di atmosfer Mars yang tipis. Sebuah badai meteor dahsyat akan terjadi.

   Badai meteor itu sebenarnya tak bisa dilihat langsung dari Bumi. Namun, wahana antariksa di Mars mungkin bisa memotret fenomenanya sehingga manusia bisa melihat kedahsyatannya.

5.Bulan Mini

   Jika sebelumnya ada supermoon, kini ada mini moon. Bulan akan mencapat jarak terjauh dengan Bumi pada 20 Oktober 2014.

   Jarak bulan pada saat itu hanya 404.898. Bulan bakal tampak beberapa persen lebih kecil. Namun, tetap sulit untuk membedakan ukurannya.

*Sumber : http://nationalgeographic.co.id/berita/2014/10/ini-lima-fenomena-menarik-yang-bakal-menghiasi-langit-oktober